Skip links

Elang Jawa di Tujuh Bukit dan Upaya Pelestarian Keanekaragaman Hayati di Tujuh Bukit

Dari sekitar 350 jenis fauna yang tercatat di area operasi PT Bumi Suksesindo (BSI) di Tujuh Bukit (Tumpang Pitu), Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi, salah satu yang paling menonjol adalah elang jawa (Nisaetus bartelsi).

Sebelumnya, elang jawa tidak pernah terlihat di area operasi PT BSI. Hewan endemik yang sangat langka ini pertama kali terpantau pada tahun 2019. Sejak itu, keberadaannya kerap terlihat di dahan pohon besar di sekitar area Pit B East, terutama pada pagi dan petang hari. Departemen Lingkungan PT BSI menilai perilaku tersebut sebagai indikasi kuat bahwa elang jawa menjadikan kawasan tersebut sebagai habitatnya.

“Elang jawa aktif mencari makan pada siang hari. Jadi, jika pada pagi buta dan sore mereka terlihat di suatu lokasi, besar kemungkinan itulah tempat tinggalnya,” ujar Setiawan, staf pemantauan dari Departemen Lingkungan PT BSI. Meskipun belum menemukan sarangnya, ia meyakini bahwa area tersebut telah menjadi habitat tetap elang jawa.

Kehadiran rutin elang jawa di kawasan operasi PT BSI menunjukkan bahwa spesies tersebut merasa aman dan nyaman. Hal ini tak lepas dari komitmen perusahaan dalam menjaga kelestarian lingkungan. PT BSI hanya membuka lahan sesuai kebutuhan operasional, dan reklamasi segera dilakukan pada lahan yang tidak lagi digunakan. Langkah ini merupakan bagian dari upaya menjaga keseimbangan ekosistem.

“Kami terus melakukan pemantauan terhadap flora dan fauna di kawasan Tujuh Bukit hingga hari ini,” tambah Setiawan.

Sejak sebelum beroperasi pada 2015, PT BSI melalui Departemen Lingkungan telah melakukan studi rona awal (baseline study) untuk mendata keanekaragaman hayati di wilayah tersebut. Dalam pelaksanaannya, perusahaan melibatkan pakar, akademisi, dan Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) guna memastikan hasil studi yang objektif dan komprehensif.

Pemantauan flora dan fauna dilakukan secara berkala untuk memperbarui data dari studi awal. “Kegiatan ini akan terus berlangsung hingga perusahaan menyelesaikan seluruh tahap operasionalnya, termasuk pascatambang,” jelas Setiawan.

Elang jawa bukan satu-satunya fauna yang hidup nyaman di sekitar area operasi. Studi keanekaragaman hayati mencatat keberadaan sekitar 350 jenis fauna lainnya, termasuk lutung jawa, makaka, merak hijau, rangkong badak, babi hutan, kijang muntjac, kukang jawa, kucing hutan, dan binturong.

Sebagai bagian dari komitmen lingkungan, PT BSI membentuk program perlindungan keanekaragaman hayati di area operasi Tujuh Bukit. Program ini disosialisasikan secara berkelanjutan kepada seluruh karyawan dan mitra kerja melalui berbagai media seperti induksi kerja, rambu-rambu, poster, serta melalui aksi nyata, seperti inspeksi lingkungan rutin dan peringatan Hari Lingkungan Hidup setiap tahun.

Selain itu, PT BSI juga menjalankan langkah-langkah preventif, antara lain menetapkan area penyangga (buffer zone) untuk konservasi; menyelamatkan benih dan bibit pohon lokal untuk program reklamasi; meminimalkan penebangan pohon induk yang memiliki fungsi ekologis; membatasi pembukaan hutan hanya untuk kepentingan operasional; serta melakukan patroli dan pengamanan hutan secara berkala.

“Seluruh program ini merupakan upaya kami untuk memastikan keanekaragaman hayati di Tujuh Bukit tetap terjaga, bahkan setelah tambang berhenti beroperasi,” ujar Setiawan. Keberadaan ratusan jenis satwa di kawasan tambang PT BSI menunjukkan bahwa keseimbangan ekosistem di Tujuh Bukit masih terjaga dengan baik.

Spread the love